Artikel ini telah tayang di Idntimes.com dengan judul "[PUISI] Takdir Tuhan".
Klik untuk baca: https://www.idntimes.com/fiction/poetry/mutia-zahra-4/puisi-takdir-tuhan-c1c2.
Tugas Dilupain, Mantan Noh Lupain
Celoteh Kumbang.
Celoteh Kumbang.
Celoteh Kumbang.
Celoteh Kumbang.
Celoteh Kumbang.
Artikel ini telah tayang di Idntimes.com dengan judul "[PUISI] Takdir Tuhan".
Klik untuk baca: https://www.idntimes.com/fiction/poetry/mutia-zahra-4/puisi-takdir-tuhan-c1c2.
kalau kau mati, sayang
matahari tetap kan muncul lagi
juga bulan
juga bintang
kalau kau mati
hujan tetap kan turun,
sayang
rumput hijau bernyanyi
sungai dan laut
bercintaan
seperti dulu lagi
kalau kau mati
mereka tetap kan nulis
puisi, sayang
tentang gunung tentang
daun daun burung burung
danau biru berkabut
gadis manis berwajah lembut
pesta kawin penuh tawa
cuma senyumMu
menguning di album tua
sedangkan batu nisan
apalah arti sebuah batu
walau nisan
yang, mungkin, kan bertuliskan
kalau kau mati, sayang
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cintaKau tak akan mengerti segala lukaku
karena cinta telah sembunyikan pisaunya.Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepiItulah berarti
aku tungku tanpa api.
Sesak menjejak setumpuk sajak
Hancur berkepingdi hamparan berserak
matahari yang sangsi
membakar semak
Bunga layu dihempas seteru saat beranjak semerbak
diterbangkan angin kemarau
baru saja sebabak.
Akan lama
tak seperti lalu
Sesuatu yang baru
Jika matahari tak seterik ini
aku tunggu
saat awan putih menari
Itulah hatiku yang merindu menunggu dibalik pintu
dan sejumput senyuman dan bujuk rayu.
harapan rerintik datang
menghapus derita daun jendela
dan embun di dedaunan dihempaskannya
Meski masih pagi kala
ufuk pun masih juga jingga
Kau tahu
tetesan embun itu adalah air mata
Kutumpahkan di bumi pertiwi, tumpah darah kita.